Sabtu, 01 Agustus 2015

Kaizen : Kunci Sukses Jepang dalam Memenangkan Persaingan

Kaizen : Kunci Sukses Jepang dalam Memenangkan Persaingan

Pada tahun 1950-an Masaaki Imaibekerja di “Japan Productivity Center” di Washington DC yang tugas utamanya mengantar sekelompok pengusaha Jepang yang sedang mengunjungi perusahaan Amerika Serikat guna mempelajari “rahasia produktivitas industri Amerika” menceritakan mengenai Konsep Kaizen.
Toshiro Yamada (pensiunan profesor di “Faculty of Engineering” di Universitas Kyoto), salah seorang anggota kelompok belajar yang mengunjungi Amerika Serikat untuk mempelajari industri kendaraan pada tahun 1950, diantaranya pabrik baja River Rouge di DearbornMichigan dan pada tahun 1975 berkumpul kembali dengan anggota kelompoknya untuk merayakan ulang tahun perak perjalanan mereka sambil melakukan kembali “perjalanan sentimental” ke Amerika Serikat untuk meninjau kembali perusahaan yang telah dikunjunginya, menggelengkan kepalanya karena heran bahwa “pabrik itu tetap sama seperti 25 tahun yang lalu”.
Lalu Toshiro Yamada beserta anggota kelompoknya bercerita tentang kunjungannya ke Eropa pada sekitar tahun 1980-an dalam memimpin kelompok pengusaha dalam penelitian tentang perusahaan genteng dan ubin, dimana anggota kelompoknya menjadi gelisah dan kecewa atas sarana “kuno” yang dilihatnya. Kelompok tersebut heran ketika menemukan bahwa pabrik masih menggunakan ban berjalan dan bahwa baik karyawan maupun pengunjung harus berjalan melangkahi ban berjalan atau berjalan dengan membungkukkan badan di bawah ban berjalan, yang mana hal ini membuktikan bahwa tidak ada tindakan pengamanan.
Di Jepang pada waktu itu jarang dijumpai pabrik yang mempergunakan ban berjalan, bila masih dipergunakan juga, maka ban berjalan dirancang sedemikian rupa sehingga seseorang tidak perlu berjalan melangkahi ataupun berjalan dengan membungkukkan badan di bawah ban berjalan.
Toshiro Yamada juga bercerita bahwa Fujio Umibe, spesialis kepala dariToshiba Research and Development Center bertemu dengan teman sekerjanya dari salah satu perusahaan Toshiba yang terpencil di Jepang meminta untuk mengunjungi perusahaannya yang hampir sepuluh tahun belum dikunjungi ulang dimana seperempat bagian dari lini produksi perusahaan Toshiba tersebut telah diubah sewaktu perusahaan itu ditutup selama seminggu pada liburan musim panas tahun 1984.
Sesudah perang dunia kedua banyak perusahaan Jepang benar-benar harus mulai dari awal lagi, baik manager maupun karyawan menghadapi tantangan baru setiap hari, yang berarti setiap hari harus ada kemajuan. Dalam berusaha, diperlukan kemajuan yang tidak ada akhirnya dan Kaizen menjadi sikap hidup orang Jepang. Untunglah berbagai alat yang membantu Konsep Kaizendiperkenalkan kepada Jepang pada akhir tahun 1950 dan permulaan tahun 1960 oleh para ahli seperti W.E. Deming dan J.M. Juran sehingga Jepang memperoleh penghargaan dibidang mutu dengan pemakaian bendera pertama kali pada Nopember 1960 yeng disahkan sebagai bulan mutu nasional Jepang.
Perubahan merupakan gaya hidup orang Jepang. Konsep ini juga yang dapat membantu bagaimana perusahaan-perusahaan Jepang memperoleh keunggulan kompetisi yang sedemikian hebat. Jadi tugas seorang eksekutif adalah memanajemeni perubahan agar perubahan menjadi hal yang lazim dalam mencapai keberhasilan.
Inti Kaizen sederhana sekali dan langsung pada sasaran. Kaizen berarti penyempurnaan, berarti penyempurnaan berkesinambungan yang melibatkan setiap orang, baik manager maupun karyawan. Filsafat Kaizen menganggap bahwa cara hidup kita ; baik cara kerja, kehidupan sosial, maupun kehidupan rumah tangga perlu disempurnakan setiap saat.
Disadur dari : Kaizen (Ky’zen) Kunci Sukses Jepang dalam persaingan.
Masaaki Imai, PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1992.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar